Wednesday, May 11, 2005

Reka Peristiwa....

Kasus : Pembantaian Delapan Mahasiswi Psikologi
TKP : Lab. Psikologi
Pelaku : Pak Zainul (Z), Pak Yahya (Y), Bu Retno (R)
Korban : Ani, Dian, Ana, Evi, Yoan, Mufid, Ita, Indah

Pembantaian ini terjadi di siang hari. Saat mentari masih bersemangat membakar bumi. Saat kepala-kepala menjadi panas dan otak meleleh.

Korban pertama dengan tenang menghadapi pembantaian. Disusul korban kedua yang mulai agak grogi karena pembunuh kedua (Y) benar-benar menggunakan senjata metodologinya untuk mencincang korban. Dengan terseok-seok, korban berhasil melalui cobaan ini.

Korban ketiga begitu gigih mempertahankan diri. Argumen demi argumen dilemparkan kepada pembunuh-pembunuh haus darah di depannya. R menyerangnya dengan senjata teori hingga korban terdesak dan mengeluarkanm berbagai jurus pertahanan. Ditambah lagi dengan Y yang tidak puas jika belum melihat korban berdarah-darah. Tapi akhirnya korban berhasil selamat walau dengan keadaan yang sungguh mengenaskan.

Korban keempat tidak jauh nasibnya dengan korban-korban sebelumnya. Pertahanannya sangat lemah sehingga pembantai bisa dengan mudah menyerang dari sudut manapun. Korban pulang dengan catatan: merombak apa yang telah ia berusaha perjuangkan hari itu.

Tiba saatnya tokoh utama kita, pejuang kelima maju dengan berani walau sebenarnya sangat kepengin pipis. Pejuang kita (Yo) memulai pertandingan dengan argumen-argumen yang dia pikir logis. Harap maklum, pejuang Yo tidak bisa bicara dengan tempo lambat. Siang itu, para pembantai harus memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan pejuang Yo. Karena sesungguhnya ucapan-ucapan pejuang Yo tidak dapat dibedakan dengan suara air mendidih. Blubub…. Blubub…. Blub…

Yo : Latar belakang saya mengambil tema ini adalah karena bla….bla…bla… sedangkan untuk mencapai kondisi itu, individu haruslah bla…bla…bla… sehingga saya menggunakan metode bla…bla…bla… Adapun alasan saya menggunakan bla…bla… sebagai subjek penellitian adalah karena bla….bla…bla…

Here he comes, senjata nya siap di tangan….

Y : Oke, penelitian ini kuantitatif?

Yo : Eh, kuali Pak (agak bingung)

Y : Kuali? Kalau begitu banyak sekali kekurangannya

Yo : Eh, kalau kuanti apa bisa Pak. Sampel saya Cuma lima orang

(Eh, ini seminar proposal apa bimbingan skripsi? Kok malah jadi tanya jawab begini?)

Y : Kalau korelasi, harusnya kamu pakai kuanti. Bagaimana kamu mengukur Konsep diri dengan observasi dan wawancara? Apa cukup?

Yo : (mulai berkeringat dingin. Aduh gobloknya! Korelasi kok pake kuali). Eh, iya Pak. Jadi sebenernya saya harus pake kuanti ya Pak? (masih nanya lagi. Makanya kalo mau buat proposal itu yang serius)

Y : Iya. Jadi nanti kamu bisa perluas subjeknya. Bisa pake puposive sampling dan penelitiannya jadi penelitian populatif

Yo : (Pura-pura mengerti padahal sumpah! Nggak tau harus ngomong apa. Jadi pejuang Yo nulis semua yang dikatakan oleh Y biar keliatan ngerti dan menghargai)

Y : Nah, kalo begitu malah enak kamu nanti

Yo : (nggak bisa menemukan dimana sisi enaknya. Jadi Cuma manggut-manggut. Dimana enaknya coba? Kalo harus memperluas sampel dan berarti harus buat instrumen yang lebih hebring)

Y : Nanti proposal ini direvisi. Trus dananya minta ke PEMDA

Z : Iya. Nanti saya buatkan rekomendasi

Yo : (Tambah bengong. Kok jadi serius begini? Ya Allah, selamatkanlah hamba-Mu….)

R : Saya masih punya uneg-uneg di latar belakang. Disini tidak terlihat hubungannya antara variabel bebas dan terikat. Juga belum mengungkap permasalahannya. Kalau ini nanti jadi penelitian kuanti, maka rumusan masalahnya juga kurang

Yo : (Haiyyaa! Ibu ini banyak tanya juga. Iya, apa lagi Bu? Tambo cie!)

R : Apakah memang ada pelanggaran kedisiplinan di DPRD? Jadi penelitian kamu ini benar adanya. Tidak sekedar cari-cari permasalahan. Ada fenomena yang kamu teliti.

R : Hubungan antar variabel, gimana?

Yo : Err…. Disini saya tulis bahwa bla…bla…bla… (Honestly, I didn’t know what I was saying. Dan si Ibu keliatan nggak puas sama jawaban I)

R : Oke, mungkin itu juga jadi catatan. Proposal ini harus diperbaiki lagi dengan tambahan-tambahan seperti yang diungkapkan Pak Y tadi.

Yo : (Inggih Bu. Matur sembah nuwun. Sepuntene nggih…)

Z : Saya lihat prosal anda ini tidak mengungkapkan hubungannya dengan Islam. Padahal disiplin itu salah satu ajaran Islam kan?

Yo : (O…o… Asal tau aja pak. Saya buat proposal ini aja Cuma dua hari. Nggak sempet nyari nash-nash nya. Yang penting daftar n resikonya belakangan. Tapi, teruskanlah Pak….)

Z : Jadi, nanti kamu tambahkan hubungannya dengan Islam. Apalagi saya lihat penelitian ini awalnya kan menjurus pada parpol Islam yang notabene semangat keislamannya kuat. Kalau butuh bantuan untuk mengkaji masalah keisalamannya, bisa hubungi saya atau Pak Y nanti.

Yo : (Asik!!! Seminarnya kayak bimbingan skripsi. Dapet masukan banyak banget. Terima kasih Allah. Orang yang saya kira bakal ngebantai abis malah bantuin saya nemuin metode yang sesuai. Dan sambutannya ternyata bagus-bagus aja. Kenapa juga saya pake percaya gosip segala ya?)

Akhinya, seminar yang dimulai jam satu siang itu, selesai jam setengah lima. Dari lab psikologi, keluarlah wajah-wajah kuyu. Sebagian puas. Sebagian masih ndredeg (berdebar-debar. Red). Sebagian kelaperan. Sebagian pengen pipis. Sebagian ngantuk sekaligus pengen makan apa aja. Nggeragas juga ni cewek-cewek……

Sekarang, Yo tinggal bingung bikin angketnya. Bingung minta ijin ke DPRD nya. Bertanya-tanya apa semua anggota dewan bakal mau ngisi angket apa enggak. Wis, dipikir keri ae. Mengko lak konsultasi ambek dosen pembimbing. Lak iso njaluk pertimbangan luwih lanjut. Lak iso njaluk warahi teori opo sing kurang. Lak iso sembarang kalir. Saiki aku cetingan disek…..

Tuesday, May 10, 2005

Setelah memasak biak untuk sarapan en makan siang porsi sepuluh orang, all I wanna do was just take a great relax. Aha! Saya mo bikin cups of tea for my soul…… Yah, sebenernya nggak for soul sih. Cuma, asik aja kalo dijudulin begitu *grin*

Mabok teh deh. Bergelas-gelas teh abis. Well actually, Cuma tiga gelas. Tapi cukup banget buat kandung kemih saya meronta-ronta. Ditambah lagi dengan udara Malang yang mulai menunjuk kan orisinalitasnya. Malang menjelang penerimaan mahasiswa baru memang selalu begini. Jauh lebih dingin daripada bulan-bulan biasanya. En imbasnya saya jadi harus bolak-balik WC.

Teh emang punya efek relaksasi yak? Saya jadi relaks banget. Sampe lupa kalo ada aksi peringatan hari apa gitu (ini sih kayaknya disengaja deh).

I had tea en honey. Madu kaliandra katanya. En what is madu kaliandra means? FYI, madu kaliandra tu madu dari bunga rumput. Kalian tau bunga rumput? Bunga kecil berwarna kuning yang harumnya kalah jauh dari mawar. Bunga kecil ini juga kalah telak indahnya dari bunga-bunga lainnya. Tapi bunga rumput ini selalu dihinggapi lebah. Dari bunga ini dihasilkan madu yang lezat sekali. Warna madunya juga agak beda dengan madu dari bunga-bunga lainnya. What to describe it? Hmmm…. Warnanya agak kuning, krem, atau coklat muda sekali.

What I’m trying to say is, benda sekecil dan sesederhana bunga rumput saja bisa menghasilkan manfaat. Lantas, apa yang bisa dilakukan manusia? -Benda- besar dan kompleks yang katanya adalah pemimpin dunia ini? Tentu kita nggak mau kalah dengan bunga rumput. Yang dalam kesederhanaannya memberikan sarinya untuk dijadikan madu oleh lebah. Tentu kita tidak mau menjadi pecundang-yang-Cuma-numpang-makan-dan-pipis-di-bumi-ini-menghabiskan-jatah-air-dan-oksigen-dunia.

Betul tidak?

Monday, May 02, 2005

Gusti........

Lawangku lawang biru.............
Lawang langit lan mahameru............
Lawang pikir lawang kalbu
Duh kang kinasih ing lawangmu anggonku mlebu metu........
Oom lawanging jagad lelakonku......
Sewu sangangatus wolungpuluh telu lawang
Wis dak ketuk lan bukak.........
Seseping sepi ngenthak-enthak
Gusti lelawang kang sawiji,
Jroning lawang-Mu sing dak arep tinuju..