Wednesday, July 06, 2005

Balada Pedagang Asongan

Kemarin saya janjian dengan seorang teman buat jalan2 ke perhelatan besar nya Muhammadiyah, Muktamar ke-45 yang berlokasi di kampus 3 UNMUH. Meskipun saya nggak terlalu enjoy berada di tengah keramaian, kali ini saya ingin juga merasakan aura keramaian yang pada malam pembukaannya Cuma bisa saya liat di TV. Selain itu saya pengen mengunjungi satu stand en nyari buku yang udah lama saya pengin baca. Yu know, pembukaannya bener2 rame. Selain peserta ada juga yang namanya penggembira. Dan kayaknya lebih banyak penggembiranya dari pada peserta Muktamar sendiri. Saya agak heran dengan semangat orang2 ini dalam Muktamar. Bayangpun, dari Palembang aja ada 4 bis yang isinya penggembira semua. Dari kalimantan, Sulawesi, dan daerah2 di luar Malang yang membikin saya takjub karenanya. Well, mungkin itu salah satu bukti dari kecintaan mereka terhadap Islam dan keinginan agar Islam jaya melalui syiar dalam Muktamar itu kali ya?

Anyway, temen saya dateng pas jam 9 dan saya bersukur masih ada orang Islam yang bisa menjaga waktu dan menepati janji seperti ini. Kami pun bertolak dan nggak nyampe dua puluh menit sudah sampai di UNMUH yang dari gerbangnya saja sudah terlihat pedagang asongan yang menjajakan beragam dagangannya. Mayoritas Muhammadiyah minded (if u know what I mean). Ada tas kulit dengan logo Muhammadiyah, ada kerajinan tangan, mainan anak-anak, dan sembarang kalir (macem2, istilahnya or Jawa). Awalnya, kami pengin liat tabligh akbar yg kata jadual sih pelaksanaannya pagi itu, akhirnya berbekal inpormasi dari org2 di UNMUH, kami menuju DOM tempat acara diselenggarakan. Begitu sampe, rada bingung juga. Eh ada Pak Din Syamsudin. Hampir saya lari ke arah bliaw untuk minta tanda tangan en poto bareng (hehehehe, nggak banget deh), terus kami sadar kayaknya kami salah masuk. Setelah tanya sana sini ternyata bener banget sodara, acara nya ternyata bukan di situ tapi di kampus 2. Kecele nih yee….. Ya udah deh, kami langsung aja ke arena bazaar. Karena pagi, jadi belum terlalu rame. Biasanya kalo ada acara gede gini ramenya sore en malem. Dan biasanya lagi, yang dateng adalah satu keluarga dari bapak, ibu, beserta lima orang anaknya. Acara beginian emang jadi ajang rekreasi keluarga kali ya. Saya jadi pengen ketawa aja. Tapi saya nggak mau deh ngajak anak2 saya ntar rekreasi di tempat beginian. Enakan ke gunung atau laut atau liat aer terjun. Iya nggak? Rekreasi kan biasanya buat ngilangin stress, lah ini malah tambah stress liat org2 banyak banget betumpuk2 gini. Selaen itu, saya nggak mau ngajarin anak2 saya konsumtif.

Eh, back to the topic. Jadi saya naek ke bazaar atas. Liat-liat stand nya. Ada Muhammadiyah Lampung! Ihik, liat kaen tapis jadi inget sambel seruit. Jadi pengen pulang. Jadi laper…. Trus kami jalan2 lagi keliling2. Ada stand yang saya cari. Tapi katanya buku yang saya cari nggak ada tuh. Muter aja deh. Setelah satu putaran, kami keluar. Mau muter lagi? Nggak deh, mending liat bazaar bawah aja. Di jalan menuju bazar bawah, lebih banyak lagi pedagangnya. Mereka ngemper gitu di pinggir jalan. Segala macem dijual. Ada maenan anak2 yg bentuknya ikan lele gitu. Lucu deh. Ada yg jual minyak kayu putih, sendal, ada yang jual kalajengking kering buat obat panu kadas kurap (wow!), wah pokoknya betaburan (bener2 betaburan karna mereka jualannya digelar gitu). Kami pun masuk ke arena bazaar tanpa menghiraukan tawaran dan rayuan para pedagang asongan itu. Cukup sekali puteran aja di dalem. Ternyata rame juga. Jadi pusing2 campur bingung. Waktu kami keluar dari arena bazaar, saya liat petugas ketertiban lagi pegang toa en ngumumin ke pedagang2 asong: "Bapak2, Ibu2, harap membereskan dagangannya. Ini bukan tempat jualan! Kami sudah menyediakan tempat di arena bazaar. Ini mengganggu ketertiban dan kerapihan. Jadi, Bapak2, Ibu2 harap segera pindah dari sini!" gitu kira2 omonganya si Bapak petugas. Trus ada juga petugas yang maksa2 pedagang buat cepet2 beresin dagangannya. Ya ampun, kasian banget. Padahal mereka tuh Cuma jualan apa sih. Untungnya juga paling gak seberapa2 amat. Gitu aja udah diusirin. Iya sih emang ada arena bazaar, tapi kan BAYAR Pak!!!!! Padahal mereka nggak ngganggu kok. Ya paling Cuma nawarin barang2 nya aja. Mereka kan juga berhak cari penghidupan disini, di bumi Allah ini. Kalo udah gini, saya bener2 ngerasa nggak berdaya. Cuma bisa ngedongkol dalem hati. Selemah2nya iman kan? Aduhhhhhh… ampuni hamba-Mu ya Allah…. Seandainya saja, khalifah Umar masih hidup pasti nggak begini keadaannya. SBY, mau nggak ya belajar dari Umar? SBY kira2 pernah baca shiroh nggak ya? SBY, BBM dinaekkin katanya ada kompensasi subsidi pendidikan, beneran bakal terlaksana nggak ya? Pak SBY…. Kenapa kemaren nggak jadi ke UIN???? Katanya mau lebih lama ngobrol ama petani2 ya Pak? Katanya lagi pemerintah bakal terus bantu petani, tapi subsidi nya di bidang kesehatan gitu. Beneran kan Pak? Nggak sekedar janji kan Pak? Nggak kayak lagu jaman baheula: "Tinggi gunung sribu janji. Lain di bibir lain di hati…." kan Pak?

Binun ya bacanya? He 'eh. Nggak pokus amat ya?

Sunday, July 03, 2005

Kebahagian adalah Udara

Ada seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah dilweatinya, namun tak satu titik pun yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain di sana.

"Sedang apa kau disini, Anak Muda?" tanya orang itu. Rupanya suara seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan?"

Anak muda itu menoleh. "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilometer jarak yang ku tempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, ta[I tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalamdiriku. Ke manakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua mengambil tempat di samping pemuda itu. Ia mendengarkan keluhan pemuda itu dengan penuh perhatian. Dipandanginya wajah lelah si pemuda. Lalu ia berkata, "Di de[an sana ada taman. Jika kau ingin jawabannya, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku."

Pemuda itu menatap kakek itu. Tidak percaya. Si kakek menganggukan kepalanya. "Ya…, tangkapkan seekor kupu-kupu untukku dengan tanganmu," kakek itu mengulang kalimatnya.

Perlahan pemuda itu bangkit. Ia menuju arah yang ditunjuk kakek tadi. Ke taman. Dan benar, ia menemukan taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga bermekaran. Tak heran banyak kupu-kupu berterbangan di sana.

Anak muda itu mulai bergerak. Mengendap-endap. Ditujunya sebuah sasaran. Peralahn. Hap! Luput. Segera dikejarnya lagi kupu-kupu itu. Ia tak mau kehilangan buruan. Sekali lagi tangannyamenyambar. Hap! Gagal.
Pemuda itu mulai berlari tak berarturan.menerjang ke sana ke sini. Merobek ilalang, menerjang perdu, mengejar kupu-kupu itu. Gerakannya semakin liar.

Sejam, dua jam. Belum ada tanda-tanda pemuda itu akan berhenti. Belum ada kupu-kupu tertangkap. Pemuda itu mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergreak naik-turun dengan cepat. Tiba-tiba ada teriakan, "Berhenti dulu, Ank Muda. Istirahatlah!" Rupanya Sang Kakek. Ia berjalan perlahan. Tapi, lihatlah! Ada sekumpulan kupu-kupu berterbangan di kedua sisinya. Beberapa hinggap di tubuh itu.

"begitukah caramu mngejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa pedulu apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itui seperti menangkap kupu-kupu. Semakin terjang, semaikn ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang kau dapat kau genggam atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagian itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari ke mana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Dan, seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari. Terlihat kepak sayap kupu-kupu itu memancarkan keindahan. Pesonanya begitu mengagumkan. Kelopak sayap yang mengalun perlahan layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah. Seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

Teman, benar mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit bagi mereka yang terlalu bernafsu. Tapi, mudah bagi yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini.kita dpat saja mengejarnya dengan berlari kencang ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya seperti menangkap buruan yang dapat kitas antap setelah mendapatkannya.

Namun, kita belajar. Kita belajr bahwa kebahagiaan tak bisa didapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat digenggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara. Kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Teman, cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita, dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi, dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.

Bahagia itu ada di mana-mana.rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah mempedulikannya. Mungkin juga bahagia itu berterbangan di sekeliling kita,namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

[Dari: Kekuatan Cinta-Irfan Toni H.]

Wednesday, June 29, 2005

Renungan dari Bu Sri

Satu sore ruang dengar saya menangkap suara seorang perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Sri something di sebuah radio swasta kota Malang. Ibu ini membawakan acara renungan sore yang sarat dengan Kristenisasi. Tapi terlepas dari siapa yang mengatakannya, sebuah kebaikan tetap adalah kebaikan kan? Bukankah “Undzur maa qoola wa laa tandzur man qoola”? Dan kali itu temanya adalah tentang bagaimana kita memperlakukan orang miskin. Si Ibu mengisahkan penggalan cerita dari Bible ttg zaman ketika para petani gandum tidak memanen seluruh gandum yang ada di ladang mereka melainkan menyisakannya di pohon atau membiarkannya tercecer di tanah untuk di ambil oleh orang2 yang tidak mampu. Pun ketika si Ibu masih tinggal di kawasan pelabuhan Tanjung Priok. Ia menemukan orang2 yang mengambil minyak dari tanki2 yang bocor dan tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut. Seolah semua orang mempersilahkan minyak itu sebagai jatah bagi orang2 tidak mampu yang tersebar di kawasan Priok. Kemudian Si Ibu bertanya, Bagaimana dengan diri kita sekarang? Apakah kita sudah memperhatikan hak2 sodara2 kita yang tidak mampu? Apakah pernah terpikir untuk menyisihkan lima persen saja dari uang saku kita untuk membantu saudara2 kita? Apakah pernah tersirat di benak kita untuk sekedar menyisihkan sejumput beras yang kita masak sehari2 untuk membebaskan saudara2 kita dari kelaparan hari itu?

Sesaat setelah mendengar pertanyaan itu saya merasa tertampar. Betapa saya sangat egois karena sering kali mengeluh dengan kekurangan uang yang jadi masalah rutin tiap bulan. Betapa egoisnya saya yang menganggap penderitaan saya amat berat. Padahal di luar sana ada jiwa-jiwa yang lebih kekurangan dari saya. Bahkan untuk makan sekali sehari pun mereka harus membanting tulang atau melepaskan harga diri dengan mengemis.

Pasti ada yang langsung berkomentar, dalam Islam kan sudah ada konsep zakat, shodaqoh dsb. Ya memang benar. Islam sudah mengatur semuanya. Tapi kebanyakan kita memang pintar di teori tapi memble dalam kerja nyata.

Memberi sekedar lima ratus rupiah atau sebungkus nasi mungkin memang bukan solusi yang mendasar yang bisa membebaskan umat dari kelaparan dan meminta-minta. Tapi setidaknya itulah yang bisa kita lakukan untuk membantu saudara2 kita yang menadahkan tangan dan tidak mampu mengadakan usaha lain. Yang bagus memang dengan memberi mereka modal untuk menjalankan roda bisnis sendiri. Atau merombak sistem yg berlaku. Tapi kalau itu tidak bisa kita lakukan sekarang, kenapa kita tidak melakukan apa yang bisa kita bantu saat ini? Ketimbang sekedar mencela dan menghujat pemerintah dan tidak melakukan apa2 untuk membebaskan sudara kita dari kelaparan hari itu. Karena bagi saudara kita yang ditimpa musibah kelaparan, bukan seminar atau talk show yang mereka butuhkan. Mereka butuh bahan pangan dan gizi yang cukup. Mereka butuh kerja nyata. Bukan sekedar teori yang kita teriakan di ruang seminar ber-AC. Alangkah baiknya bila kita tidak hanya menyuarakan penderitaan mereka tapi juga langsung turun dan membantu kebutuhan pangan mereka.

Kadang kita memang seperti terobsesi pada hal-hal “besar” sampai melupakan hal2 kecil yang juga urgen……

Saturday, June 25, 2005

Jendela Diri

Suatu hari saya browsing dan menemukan situs yang cukup keren. Alamatnya: www.dreamscape.com/morgana situs ini berkisah tentang universe. Semesta alam. Lebih khusus lagi tentang milky way. Galaksi tempat bumi ini berotasi, bimasakti. Saya sangat ingin tahu kenapa galaksi kita ini dinamai bimasakti bukan arjuna wiwaha atau pandawa lima sekalian. But, forget it. Laen kali aja saya cari tau.

So, dalam situs ini saya temukan cerita tentang Merkurius, Venus, Bumi dan permasalahannya, Saturnus etc. Planet-planet, matahari dan bulan yang mengorbit ke bumi. Dalam penjelajahan saya, saya tiba pada halaman yang isinya adalah description of names. Makna nama. Saya yang sudah lama sekali berusaha mencari tau apa arti nama saya langsung berbunga-bunga. I key my name down and voila!!! Situs itu mengungkapkan deskripsinya tentang seorang YOAN:

As Yoan you have a great love of nature and the out-of-doors, and could have a desire to be in an occupation which takes you outdoors and involves you with the products of the earth. All the finer things of life and beauties of nature are an inspiration to you and you are attracted to the mysteries of nature. Difficulty in expression results in your being too positive, blunt, and candid in speech. Although you are easily offended by others, you do not show it. You crave affection and understanding, but rarely find it as others do not understand you and accuse you of being cool and aloof.

Saya Cuma bisa heran dan takjub setelah membaca deskripsi itu. That sounds just like me!!! Sebenarnya saya sudah lumayan tau seperti apa saya ini. Seperti apa sifat dan karakter saya. Seperti apa saya memperlakukan orang lain. Walau menurut prinsip Jauhari, dalam diri kita terdapat empat jendela. Ada jendela diri yang terbuka, ada jendela diri yang buta, ada jendela yang tersembunyi, dan ada jendela yang tidak diketahui.

Jendela diri yang terbuka melambangkan semua perasaan, harapan2 kita, sikap, dan ide-ide yang kita sendiri ketahui dan diketahui juga oleh orang-orang lain. Hal2 yang biasanya kita obral ini adalah nama, wajah, agama, suku bangsa, hobi, bahkan pendirian politik kita.
Ada saat kita membuka jendela ini lebar2 dan dengan senang kita mengumumkannya pada dunia. Inilah aku! Tapi ada kalanya kita tidak mau membuka jendela ini dengan luas, mungkin kita hanya membiarkan orang mengintip dari luar. Seluas apa kita mampu membuka jendela diri ini tergantung pada sejauh mana orang lain dapat menerima kita. Yang perlu diingat, semakin banyak kita membuka diri, semakin banyak juga dunia bisa menerima eksistensi kita.

Jendela Diri Yang Buta melambangkan segala hal tentang diri kita yang orang lain tau tapi kita tidak. Contoh kasus, Bau Badan. Banyak yang tidak sadar tentang “semerbak” bau tubuh yang kadang bisa lebih menyakitkan daripada di tendang kuda (?). Juga tentang perangai kita yang ganjil atau kegagapan kita ketika gugup. Kita kadang nggak sadar dengan itu semua, Tapi orang2 disekitar kita tau betul ttg sifat baik dan buruk yang bersemayam dalam diri kita. Ada org yang sangat buta trhadap dirinya sehingga kadang mereka takut mendengar kritik dan pendapat orang lain. Tapi ada juga yang sangat ingin tau siapa diri mereka yang sebenarya dan selalu menggali pendapat org ttg dirinya.

Yah, ada org yang enjoy aja dengan kritikan tapi ada yang ngerasa kayak disirem aer es di pagi buta. Kaget. Dan efeknya mereka mungkin akan terus merenung menyesali diri atau dengan segera membentengi diri dengan apologi. Jadi biarpun kita ngerasa tau banyak ttg seseorang, nggak usah dikasi tau semuanya ke mereka. Pelan2 aja. Biar lebih ngena.

Jendela Diri Yang Tersembunyi, adalah lambang dari segala yang kita tau tapi kita nggak mau orang laen tau. Jendela ini adalah diri kita yang kita rahasiakan. Misalnya, cowok2 yg lagi PDKT berusaha nyembunyiin dengan keras ke gebetannya kalo sebenernya mereka tu suka “ngebom” dengan kekuatan penuh n masih ditambahin lagi dengen bau telor busuk yang menguar bersama angin yang berhembus. Sampe2 pada waktu lagi jalan bareng gebetannya, amunisi yang udah mau keluar ditahan2 sampe mukanya berubah pucet en berwarna ijo. Tergantung tipe orangnya juga sih. Karna ada orang yg saking ekstrovert nya semua mua diceritain dengan polos. Ada orang yang selalu jaim. Mereka bakal ngomong tentang apa aja yang memenuhi dunia ini kecuali ttg diri mereka sendiri.

Ada jendela Diri Yang Tak Diketahui. Jendela ini sebenarnya menggambarkan diri kita sesungguhnya. Tapi kita nggak tau dan org2 juga gak ada yg tau. Pertanyaannya, kalo kita nggak tau en org2 juga gak tau, gimana kita bisa tau bahwa diri kita itu “ada”? Kita bisa tau ttg sisi diri kita yang satu ini ketika suatu saat kita menyadari ada hal baru yang nggak pernah kita katakan atau lakukan sebelumnya. Hal-hal diluar kebiasaan yang tiba2 muncul kadang merupakan cerminan diri kita yang tidak kita sadari ada.

Sumber lain adalah mimpi. Menurut Psikoanalisa Freud, mimpi adalah manifestasi dari keinginan bawah sadar yang kita tekan kuat2 hingga nggak muncul di alam nyata. Kayak lagunya The Groove yang syairnya: Bagaimana bisa kau hadir di mimpiku padahal tak sedetik pun ku rindu dirimu…… Kita emang ngerasa nggak mikirin sesuatu atau seseorang, tapi bisa jadi hal tersebut sudah lama ada di benak kita tapi nggak kita kasi kesempatan untuk diekspresikan. Jadinya mimpi deh. Ada juga kasus anak yang mimpi ngebunuh bapaknya padahal di kehidupan nyata hubungan anak beranak itu baek2 aja. Setelah diselidiki ternyata dulu si bapak pernah marahin anaknya sampe2 si anak kepengen ngebunuh bapaknya itu.

Cara lain buat mengetahui jendela diri kita yang sebenarnya adalah dengan tes psikologis yang bisa kita dapet dari para psikolog (ehm… promosi profesi ceritanya). Sebenernya banyak situs yang kasi layanan tes psikologis gratis. kita tinggal ngisi angket di situs itu terus submit. Keluar deh hasilnya. Coba aja kunjungi http://similarminds.com, www.spods.net/personality, http://blogthings.com

Tapi sekali lagi saya sadar bahwa manusia selalu ingin tau tentang dirinya. Manusia selalu haus akan segala yang berbau dirinya sendiri. Mereka terus menggali dan menemukan kelebihan dan kekurangannya. Ada yang bisa menyikapi nya dengan bijak, ada yang serta merta tidak terima karena interpretasi yang dianggap tidak mencerminkan dirinya. Padahal bisa jadi hal itu disebabkan pertahanan individu yang terlalu kuat sehingga ia tidak mau mengakui bahwa itulah dirinya yang sebenarnya.


Yang jadi catatan, anggapan kita terhadap diri kita sendiri sentiasa berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kadang perubahannya perlahan, tapi bisa juga drastis. Dan itu semua tergantung kepada sejauh mana kita memahami diri kita sendiri. Ketika kita ”sadar” siapa diri kita sebenarnya, di mana tempat kita berada di alam semesta dan ke manakah tujuan hidup kita, maka akan lebih mudah bagi kita merumuskan hidup.

Usaha kita memahami diri nggak lepas dari ibadah karena “Man ‘arofa nafsahu, ‘arofa Rabbahu”. Barang siapa yang memahami diri sendiri, ia akan dapat memahami Penciptanya. Dengan memahami Pemilik Hidup ini, kita bakal lebih mencintai-Nya, insya Allah. Dan ketika cinta sudah meraja, apapun akan kita lakukan untuk Kekasih kita.
Betul tidak?
Well, selamat menemukan jendela baru :-)

24 Juni 2005
Sebuah renungan untuk diri sendiri
yang selalu merasa hampa

Tuesday, June 21, 2005

Brain Writing: Lebih Jauh Tentang Kepribadian Kamu

Sebuah Permainan Gambar.

Kalau ada orang yang minta kamu memilih satu diantara empat bentuk ini, mana yang kamu pilih? LINGKARAN? SEGIEMPAT? SEGITIGA? Atau GARIS BERLEKUK TAK BERATURAN?

Simbol-simbol ini bisa menunjukkan orang seperti apa kamu itu. Bisa juga dipake untuk ngetes karakter calon suami atau calon istri J

Kalau LINGKARAN adalah yang pertama kamu pilih, maka itu bisa berarti dalam hidup ini kebutuhan akan kasih adalah yang paling penting buat kamu. Kamu akan merasa nggak bahagia dalam hidup dan pekerjaan kalau nggak ada orang yang bisa diajak berbagi hidup. Nggak ada “Object of Affection”. Kamu juga bukan tipe agresif dan suka musuhan. Singkatnya, kamu lebih suka BERMAIN daripada BERKELAHI.

Apabila SEGIEMPAT adalah bentuk pertama yang menarik hati kamu, maka itu bisa berarti bahwa disiplin dan perintah adalah hal yang paling penting dalam hidup kamu. Orang-orang yang beraliran segiempat adalah individu-individu yang termotivasi oleh rasa aman dan senang bekerja. Kamu juga mempunyai pemikiran untuk membangun sesuatu dan sangat menikmati berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan rumah. Orang-orang segiempat logis, praktis, dan merupakan jenis orang yang dapat dimintai bantuan.

SEGITIGA. Kalau kamu pertama kali memilih segitiga, itu bisa berarti bahwa kebutuhan akan kekuatan adalah hal yang paling penting dalam hidup kamu. Segitiga juga merupakan simbol seks. Sebuah bentuk yang mendorong lebih jauh dan melepaskan energi lebih besar dibanding dengan bentuk lainnya. Orang-orang segitiga biasanya ingin cepat mengatasi masalah. Kamu juga tahan banting. Karena kamu adalah tipe pemikir mandiri dan tahan pada posisi sulit diantara yang lain. Biasanya, need of achievment kamu tinggi dan kamu punya kecenderungan untuk meraih suatu penghargaan dan selalu bertindak.

Tapi kalau GARIS BERLEKUK TAK BERATURAN yang jadi pilihan kamu, itu tandanya kamu kreatif. Imajinasi adalah motivasimu yang paling utama. Biasanya, kamu kurang suka rutinitas, nggak suka ketepatan waktu, protokoler, n kegiatan yang monoton. Mayoritas, orang-orang ini nggak suka sama batasan-batasan.

Gabungan Simbol


LINGKARAN, kemudian segiempat:

Cinta datang pertama kali. Simbol kedua menyiratkan kebutuhan akan rasa aman untuk mempertahankan cinta tersebut. Caranya adalah berusaha tetap berada dekat dengan tempat tinggal, keluarga, dan teman-teman. Bagi yang memilih dua bentuk ini, materi atau kebutuhan duniawai itu nggak terlalu penting.

LINGKARAN, kemudian segitiga:

Motivasi utama masih cinta. Diikuti dengan kebutuhan akan kekuasaan dan seks. Kamu bisa saja pandai bermain dan penuh hasrat dalam kedua hal tersebut.

LINGKARAN, kemudian garis berlekuk:

Kalo ngomong soal cinta, kamu idealis banget. You’re longing for somebody, tempat kamu bisa melepaskan seluruh hasrat dan ide-ide kamu. Kamu menginginkan pasangan yang sempurna dan bakalan pake metode paling imajinatif untuk menemukan orang pilihan kamu itu.

SEGIEMPAT, kemudian lingkaran:

Kalo kamu dah ngerasa aman dan nyaman di rumah, maka kamu akan mencari seseorang untuk berbagi kenyamanan “sarang” kamu. Keluarga adalah hal paling penting dalam hidup kamu. Hal yang paling kamu butuhkan adalah menjaga kedamaian dan keseimbangan hidup.


SEGIEMPAT, kemudian segitiga:

Bagi kamu, keamanan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Kalo ada orang atau sesuatu yang mengancam keamanan kamu, kamu nggak ragu buat melawannya. Yah, karena kamu dikaruniai kecerdasan lebih, kamu akan menghadapi masalah dengan persepsi tajam dan kekuatan yang bisa diterima oleh rasio.

SEGIEMPAT, kemudian garis berlekuk:

Kamu punya pemahaman yang bagus, terhadap apa saja. Kamu juga logis dan praktis. Tapi disisi lain kamu desperate dgn rutinitas. Yang kamu mau adalah keaneka ragaman dan PERUBAHAN.

SEGITIGA, lalu lingkaran:

Kamu punya kebutuhan yang besar buat mengekspresikan kasih dan termotivasi oleh ekspresi seksual. Kamu ingin BERTINDAK dan selalu dikelilingi banyak orang.

SEGITIGA, kemudian segiempat:

Kamu termasuk orang yang bisa berpikir tenang dalam suatu keadaan yang bikin stres. Kamu bisa melihat apa masalahnya dan memecahkannya tanpa terbawa emosi. Itu karena kamu punya pemahaman yang baik dan sabar.

SEGITIGA, kemudian garis berlekuk:

Kamu unik, kreatif, dan agresif. Nggak mengenal batas dan penuh inovasi .

GARIS BERLEKUK-LEKUK, kemudian lingkaran:

Hidup bagi kamu, selalu tampak indah. Imajinasi membawamu ke dalam suatu falsafah dan keyakinan spiritual.

GARIS BERLEKUK-LEKUK, kemudian segiempat:

Meskipun rumah dan lingkungan adalah hal yang penting buat kamu, kamu masih haus akan sesuatu yang baru dan menantang. Kamu sangat kreatif tapi kurang mampu menjaga keseimbangan antara keamanan dirimu dan hasrat untuk berpetualang.

GARIS BERLEKUK-LEKUK, lalu segitiga:

Kamu nggak pernah berhenti bergerak. Sangat kreatif. Orang lain akan beranggapan bahwa hidup bersama kamu sangat menantang. Kamu punya hasrat untuk berpetualang dan menyukai keanekaragaman. Kamu juga nggak Cuma bisa omong doank. Tapi kamu cenderung untuk bertindak.


Eit, jangan percaya buta sama diagnosa ini. Kadang-kadang memang cocok dengan kepribadian tertentu. Tapi, ada juga yang nggak setuju. Yah… namanya juga usaha J



[Dari Brain Writing, Irene B. Levitt]

Saturday, June 04, 2005

Hanya Harapan

Lagu itu bergema dalam jiwaku
Liriknya telah kucoba tulis berkali-kali
Ku terbangun dalam dingin yang menggigit
Tapi Engkau menyanyikannya terus......

Jadi kutundukkan kepalaku
Jemariku membuka
Dan aku berdoa agar slalu menjadi milik-Mu
Karna aku tahu, Engkau lah satu-satunya harapanku

Nyanyikanlah untukku,
Irama bintang-bintang dari galaksi-Mu
Menari, Tertawa, dan menari lagi
Ketika mimpi-mimpi ku tampak semakin jauh,
Nyanyikanlah untukku,
Rencana yang Kau punya bagiku.....

Ku berikan semua bagian diri ku
Aku merindukan Simfoni Mu
Bernyanyi pada seluruh jiwaku
Dan pada akhirnya, kan ku berikan sgalanya kembali...

[Only Hope - Switchfoot]

Wednesday, May 11, 2005

Reka Peristiwa....

Kasus : Pembantaian Delapan Mahasiswi Psikologi
TKP : Lab. Psikologi
Pelaku : Pak Zainul (Z), Pak Yahya (Y), Bu Retno (R)
Korban : Ani, Dian, Ana, Evi, Yoan, Mufid, Ita, Indah

Pembantaian ini terjadi di siang hari. Saat mentari masih bersemangat membakar bumi. Saat kepala-kepala menjadi panas dan otak meleleh.

Korban pertama dengan tenang menghadapi pembantaian. Disusul korban kedua yang mulai agak grogi karena pembunuh kedua (Y) benar-benar menggunakan senjata metodologinya untuk mencincang korban. Dengan terseok-seok, korban berhasil melalui cobaan ini.

Korban ketiga begitu gigih mempertahankan diri. Argumen demi argumen dilemparkan kepada pembunuh-pembunuh haus darah di depannya. R menyerangnya dengan senjata teori hingga korban terdesak dan mengeluarkanm berbagai jurus pertahanan. Ditambah lagi dengan Y yang tidak puas jika belum melihat korban berdarah-darah. Tapi akhirnya korban berhasil selamat walau dengan keadaan yang sungguh mengenaskan.

Korban keempat tidak jauh nasibnya dengan korban-korban sebelumnya. Pertahanannya sangat lemah sehingga pembantai bisa dengan mudah menyerang dari sudut manapun. Korban pulang dengan catatan: merombak apa yang telah ia berusaha perjuangkan hari itu.

Tiba saatnya tokoh utama kita, pejuang kelima maju dengan berani walau sebenarnya sangat kepengin pipis. Pejuang kita (Yo) memulai pertandingan dengan argumen-argumen yang dia pikir logis. Harap maklum, pejuang Yo tidak bisa bicara dengan tempo lambat. Siang itu, para pembantai harus memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan pejuang Yo. Karena sesungguhnya ucapan-ucapan pejuang Yo tidak dapat dibedakan dengan suara air mendidih. Blubub…. Blubub…. Blub…

Yo : Latar belakang saya mengambil tema ini adalah karena bla….bla…bla… sedangkan untuk mencapai kondisi itu, individu haruslah bla…bla…bla… sehingga saya menggunakan metode bla…bla…bla… Adapun alasan saya menggunakan bla…bla… sebagai subjek penellitian adalah karena bla….bla…bla…

Here he comes, senjata nya siap di tangan….

Y : Oke, penelitian ini kuantitatif?

Yo : Eh, kuali Pak (agak bingung)

Y : Kuali? Kalau begitu banyak sekali kekurangannya

Yo : Eh, kalau kuanti apa bisa Pak. Sampel saya Cuma lima orang

(Eh, ini seminar proposal apa bimbingan skripsi? Kok malah jadi tanya jawab begini?)

Y : Kalau korelasi, harusnya kamu pakai kuanti. Bagaimana kamu mengukur Konsep diri dengan observasi dan wawancara? Apa cukup?

Yo : (mulai berkeringat dingin. Aduh gobloknya! Korelasi kok pake kuali). Eh, iya Pak. Jadi sebenernya saya harus pake kuanti ya Pak? (masih nanya lagi. Makanya kalo mau buat proposal itu yang serius)

Y : Iya. Jadi nanti kamu bisa perluas subjeknya. Bisa pake puposive sampling dan penelitiannya jadi penelitian populatif

Yo : (Pura-pura mengerti padahal sumpah! Nggak tau harus ngomong apa. Jadi pejuang Yo nulis semua yang dikatakan oleh Y biar keliatan ngerti dan menghargai)

Y : Nah, kalo begitu malah enak kamu nanti

Yo : (nggak bisa menemukan dimana sisi enaknya. Jadi Cuma manggut-manggut. Dimana enaknya coba? Kalo harus memperluas sampel dan berarti harus buat instrumen yang lebih hebring)

Y : Nanti proposal ini direvisi. Trus dananya minta ke PEMDA

Z : Iya. Nanti saya buatkan rekomendasi

Yo : (Tambah bengong. Kok jadi serius begini? Ya Allah, selamatkanlah hamba-Mu….)

R : Saya masih punya uneg-uneg di latar belakang. Disini tidak terlihat hubungannya antara variabel bebas dan terikat. Juga belum mengungkap permasalahannya. Kalau ini nanti jadi penelitian kuanti, maka rumusan masalahnya juga kurang

Yo : (Haiyyaa! Ibu ini banyak tanya juga. Iya, apa lagi Bu? Tambo cie!)

R : Apakah memang ada pelanggaran kedisiplinan di DPRD? Jadi penelitian kamu ini benar adanya. Tidak sekedar cari-cari permasalahan. Ada fenomena yang kamu teliti.

R : Hubungan antar variabel, gimana?

Yo : Err…. Disini saya tulis bahwa bla…bla…bla… (Honestly, I didn’t know what I was saying. Dan si Ibu keliatan nggak puas sama jawaban I)

R : Oke, mungkin itu juga jadi catatan. Proposal ini harus diperbaiki lagi dengan tambahan-tambahan seperti yang diungkapkan Pak Y tadi.

Yo : (Inggih Bu. Matur sembah nuwun. Sepuntene nggih…)

Z : Saya lihat prosal anda ini tidak mengungkapkan hubungannya dengan Islam. Padahal disiplin itu salah satu ajaran Islam kan?

Yo : (O…o… Asal tau aja pak. Saya buat proposal ini aja Cuma dua hari. Nggak sempet nyari nash-nash nya. Yang penting daftar n resikonya belakangan. Tapi, teruskanlah Pak….)

Z : Jadi, nanti kamu tambahkan hubungannya dengan Islam. Apalagi saya lihat penelitian ini awalnya kan menjurus pada parpol Islam yang notabene semangat keislamannya kuat. Kalau butuh bantuan untuk mengkaji masalah keisalamannya, bisa hubungi saya atau Pak Y nanti.

Yo : (Asik!!! Seminarnya kayak bimbingan skripsi. Dapet masukan banyak banget. Terima kasih Allah. Orang yang saya kira bakal ngebantai abis malah bantuin saya nemuin metode yang sesuai. Dan sambutannya ternyata bagus-bagus aja. Kenapa juga saya pake percaya gosip segala ya?)

Akhinya, seminar yang dimulai jam satu siang itu, selesai jam setengah lima. Dari lab psikologi, keluarlah wajah-wajah kuyu. Sebagian puas. Sebagian masih ndredeg (berdebar-debar. Red). Sebagian kelaperan. Sebagian pengen pipis. Sebagian ngantuk sekaligus pengen makan apa aja. Nggeragas juga ni cewek-cewek……

Sekarang, Yo tinggal bingung bikin angketnya. Bingung minta ijin ke DPRD nya. Bertanya-tanya apa semua anggota dewan bakal mau ngisi angket apa enggak. Wis, dipikir keri ae. Mengko lak konsultasi ambek dosen pembimbing. Lak iso njaluk pertimbangan luwih lanjut. Lak iso njaluk warahi teori opo sing kurang. Lak iso sembarang kalir. Saiki aku cetingan disek…..